Print this page

KISAH SANG PENCIPTA LOGO PEMDA ALOR

pencipta logo alor

KISAH SANG PENCIPTA LOGO PEMDA ALOR

Tahukah anda bahwa logo Pemerintah Kabupaten Alor baru muncul pada tahun 1974 ?

Adalah Ekber Laubase, otak di balik terciptanya logo Pemda Alor tersebut.

Dikisahkan oleh Laubase bahwa sebelum tahun 1974 Pemda Alor belum memiliki logo, dan atas pertimbangan dari Pdt. Domini Adang kepada Bupati Alor saat itu, Drs. Umbu Pekujdawang, maka diselenggarakanlah sayembara pembuatan lambang daerah. Dan pada saat itu Ekber Laubase bersama 30 peserta lainnya mengikuti lomba tersebut, dan dirinya akhirnya keluar sebagai juara.

“Sebelum dibawah dari tahun 1974 seluruh Kabupaten punya logo, lambang daerah, tetapi Kabupaten Alor tidak ada, tidak ada lambang daerahnya, sehingga atas inisiatif dan masukan dari bapak Almarhum, Bapak Pendeta Domini Adang ke Bupati, waktu itu Bupati S. Pekudjawang, Drs. S. Pekudjawang, menjabat sebagai Bupati, dia usulkan supaya diupayakan Kabupaten Alor harus ada lambang daerahnya, sehingga tatkala ini masukan diterima baik oleh Bupati lalu Bupati keluarkan pengumuman lalu ditempel di seluruh tempat. Lalu di situ isi pengumuman itu, Sayembara Lambang Daerah Kabupeten Alor, dengan berbagai persyaratan, hampir 30 nomor. Dan setelah saya pulang waktu itu saya kerja di Perusahan Daerah Mutiara Harapan, waktu saya pulang ada pengumuman tempel di pohon, saya baca itu saya catat, saya catat bawa ke rumah, terus saya tanya, ini sayembara lambang daerah ini yang model bagaimana, terus Bapak Boling Almarhum, menjelaskan bahwa itu lambang daerah ini di Alor tidak ada jadi suruh kasi masuk gambar. Jadi dalam persyaratan itu gambar itu dengan syaratnya ada melambangkan Pancasila dari dalam, dan juga ciri khas daerah Alor harus ada di dalam dan beberapa kriteria lainnya. Dan lambang daerah itu disitu ditentukan bersegi lima. Dari situ maka saya juga tidak tahu segi lima seperti apa, saya harus lihat lambang di tentara punya baju, setelah itu baru saya mulai gambar. Saya gambar lalu di dalamnya selain ciri lima Pancasila, ada bintang, padi, kapas, beringin, di situ juga dicantumkan Moko, ada Mesbah, ada Gudang, itu yang ada di bawah pohon beringin itu. Jadi kami yang peserta itu hampir 30 orang” demikian penjelasan lengkap dari Laubase.

Disampaikan olehnya juga setelah semua peserta memasukan hasil gambarnya pada tanggal 30 Juli 1074, panitia sayembara baru mengumumkan peserta yang juara pada tanggal 17 Agustus 1974, bertepatan dengan perayaan HUT RI.

“Setelah kami kasi masuk itu, ketentuan dari pendaftaran itu ditutup tanggal 30 Juli 1974. Setelah itu 17 Agustus 1974, setelah upacara diumumkan lomba – lomba, juara – juara lomba, lomba desa, dan yang keluar pertama itu lomba sayembara lambang daerah Kabupaten Alor. Maka dibacakan nama, saya keluar sebagai juara satu lambang daerah Kabupaten Alor”. Ujarnya.

Beberapa logo yang termuat dalam lambang daerah menurut Laubase tidak saja melambangkan tentang keindonesiaan tetapi juga memperkenalkan tentang budaya dan adat istiadat orang Alor.

“Gambar – gambar yang tertera di dalam lambang daerah, urutan pertama sesuai dengan persyaratan itu melambangkan Pancasila maka ada bintang, ada padi kapas, ada beringin. Nah untuk ciri khas adat orang Alor, setiap pembicaraan apapun berupa adat, harus ada di atas bale – bale adat. Kalau di Alor pada umumnya di bawah gudang, makanya ada gudang adat, ada mesbah, itu yang ada tersusun naik. Lalu Moko itu salah satu mas kawin orang Alor yang terkenal, itu yang melambangkan harkat dan martabat perempuan Alor yang harus saya taruh, dan juga sebagai alat untuk baik perang, berburu dan seterusnya, itu busur dengan anak panah. Oleh karena dalam gambar ini ruangan tidak bisa, maka hanya ada anak panah yang ada memsisahkan antara merah dengan putih itu, itu bukan tombak, karena kita orang Alor tombak sulit kita pakai. Hanya anak panah itu yang ada melintang menjadi, membagi dua gambar ini, dua warna ini. Itu anak panah, bukan tombak” pukasnya.

Dikisahkan juga oleh Laubase bahwa media gambar yang digunakan olehnya pada saat itu adalah spidol warna serta kertas karton dengan ukuran yang sudah ditentukan oleh Panitia.

“Waktu gambar itu setelah saya pakai spidol yang ada jual berapa warna itu. Waktu itu memang bahan – bahan tidak ada. Di gambar diatas kertas gambar, yang sekarang nama apa itu, karton, dengan ada ukuran. Jadi saya gambar pakai spidol warna yang biasa, sesudah itu baru saya kasi masuk. Ternyata saya keluar sebagai juara satu”

Sebagai peserta yang memperoleh juara 1, pada masa itu dirinya berhak mendapatkan uang tunai Rp 10.000 juga Surat Keputusan Bupati Alor tentang pemenang lomba, Menurutnya, untuk juara 2 memperoleh uang tunai Rp 7.500, dan juara lainnya semuanya tertuang di SK.

“Waktu itu dalam SK sudah dimuat, juara satu Rp 10.000, juara dua Rp 7.500, dan seterusnya ada di dalam SK termuat”.

Menurut Laubase, selama ini pernah ada beberapa pihak yang mengklaim bahwa dirinya sebagai pencipta lambang daerah Alor, namun mereka tidak mempunyai bukti yang cukup.

“Setelah itu tinggal punya tinggal, satu media itu menyatakan bahwa ternyata lambag daerah diciptakan oleh seorang Putera Flores, maka Permenas Koly tidak terima baik dia langsung bel, karena nomornya ada, dia langsung bel, saya ini waktu SMA, saya tinggal dengan Ketua DPRD, Kostan Gorang, saya tahu bahwa yang menciptakan lambang daerah juara satu waktu itu Bapak Ekber Laubase, masih hidup. Akhirnya beliau bel di saya, saya bel itu orang, saya bilang you dengan saya di meja hijau. Akhirnya ini orang minta maaf. Saya bilang, siapa yang kasi tahu, bilang dia dapat narasumber dari orang tertentu. Orang tertentu waktu itu balita, dia tahu apa. Saya tidak mau sebut dia punya nama”.

Laubase melanjutkan bahwa bahkan dalam sebuah upacara pemakaman, pernah terjadi peristiwa dimana keluarga menyebut bahwa almarhum adalah pencipta lambang daerah, namun lagi – lagi mereka tidak mempunyai bukti yang cukup.

“Pernah ada orang meninggal dalam riwayat hidup orang ada lapor bahwa ada baca bahwa dia pencipta lambang daerah, terus bukti ada di mana. Kita bukan hanya ambil – ambil saja. Kami ditentukan lewat panitia sayembara yang menyeleksi kami punya gambar, maka saya keluar sebagai juara satu”. (Seka)